Padang Pariaman – Perasada Post | Terdapat keanehan dari penghargaan yang diterima oleh Suhatri Bur, Bupati Padang Pariaman, Provinsi Sumatera Barat, belum lama ini yang tampak diserahkan oleh pihak SMSI (Serikat Media Siber Indonesia) dan tampak pula seperti Rekor Muri, karena latar fotonya bertuliskan Rekor Muri.
Mungkin, pembaca akan agak tergelak kecil dan mengulum senyum menyaksikan foto yang terpajang di website www.padangpariaman.go.id itu. Konon, penampakan serah terima sertifikat penghargaan Sahabat Pers Indonesia kepada H. Suhatri Bur, SE, MM itu seolah-olah memakai metode kamuflase – seakan ia sedang menerima Rekor Muri.
Awalnya pula, penghargaan itu diamati Persada Post selintas benar-benar seperti Rekor Muri. Namun, setelah ditelisik, ternyata penghargaan itu bukanlah Rekor Muri dan hanya sebatas penghargaan dari SMSI, yang bisa saja disebabkan oleh beberapa faktor tertentu.
Yang namanya Rekor Muri, tentu memiliki capaian rekor yang luar biasa dan tidak biasa. Lalu, apa yang luar biasa, yang bisa dilakukan oleh Suhatri Bur terhadap Insan Pers di Padang Pariaman, atau Sumatera Barat umumnya, sehingga ia dapat dinyatakan pantas menerima Rekor Muri.
Disisi lain, penulis acap kali merasakan aura yang ‘getir’ atas sikap kurang bersahabat dan kurang responsifnya Suhatri Bur, ketika penulis menjalankan fungsi social control terhadap Pemerintahan Padang Pariaman, yang mana banyak menyorot kinerja Suhatri Bur dan apa-apa saja yang berlaku terhadap dirinya, sebagaimana yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang PERS dan Kode Etik Jurnalistik (KEJ).
Parahnya lagi, ketika Suhatri Bur dikonfirmasi Persada Post tentang sebuah keadaan/ peristiwa yang terjadi di daerahnya itu baru-baru ini, ia tidak pernah menjawab pertanyaan via chat WhatsApp, maupun telepon; alias bungkam.
Kan bisa saja, jika pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepadanya kurang diperkenankan, kurang tepat atau malah kurang baik, tentu ia hanya perlu memberikan penjelasan yang benar menurut versi subjektif dirinya.
Tetapi tidak demikian dengan Suhatri Bur, ia hanya diam ‘membatu’ dan tidak memberikan respon sama sekali. Lalu, bagaimana pula ia bisa mendapatkan kategori penghargaan Sahabat Pers Indonesia itu. Persada Post sempat mengkonfirmasi kepada Suhatri Bur (tidak dijawab oleh ysb) dan berencana ingin mempertanyakan kepada pihak Rekor Muri, kok bisa rekor itu tiba-tiba melekat pada dirinya. Tapi, rencana itu diurungkan, sebab setelah diteliti itu benar-benar bukan Rekor Muri.
Untuk diketahui, Jika ditelisik dari segi defenisinya, sebagaimana yang dilansir oleh Tribunnews.com; ternyata Muri adalah Museum Rekor Dunia –Indonesia. Sementara, Rekor Muri adalah ketika sesuatu hal memiliki pencapaian yang luar biasa atau mengalahkan sesuatu hal sebelumnya (yang tercatat di Muri), maka itu bisa menjadi rekor baru dan bisa dicatat di Rekor Muri.
Baca berita terkait: Pasca Demo SEMMI ke PDAM Padang Pariaman, Aciak Suhatri Bur Dikonfirmasi Bungkam: Ada Apa?
Ada Wartawan yang Teriak Kesusahan: Kemana Sahabat Pers Indonesia Itu?
Ironisnya lagi, Persada Post juga mengamati akhir-akhirnya ini; adanya seorang wartawan (Pers) yang biasa aktif menulis dan datang ke Kantor Bupati Padang Pariaman, hidupnya kini susah dan selalu memelas di media sosial. Jika memang bupatinya adalah Sahabat Pers, mengapa hal demikian dapat terjadi?.
Sementara, selama ini wartawan tersebut tidak jarang pula membuat berita ‘opok-opok’ atau berita pencitraan tentang Pemkab (Pemerintah Kabupaten) Padang Pariaman. Namun, ia tidak mendapatkan sentuhan sahabat, yang katanya Suhatri Bur adalah Sahabat Pers Indonesia tersebut dan si wartawan hidup merana ‘memekik’ kian kemari di media sosial.
Jika memang tetap ingin menyandang sebuatan Sahabat Pers Indonesia, semestinya Suhatri Bur membuat gebrakan dan kemajuan dunia Pers serta fleksibel dan responsif dengan konfirmasi-konfirmasi/ pertanyaan-pertanyaan Pers terhadap dirinya, walaupun terkait hal-hal yang tidak menyenangkan ia dengar dan rasakan sendiri.
Jika perlu, yang tidak biasa dapat dilakukan Suhatri Bur: Ia dengan kuasa anggarannya di Pemkab Padang Pariaman, mengalokasikan perumahan Insan Pers Kabupaten Padang Pariaman, lengkap beserta isi rumah dan biaya kesejahteraannya.
Maka, jika hal itu dilakukan oleh Suhatri Bur; jangankan penghargaan Sahabat Pers Indonesia, ia malah nantinya akan dapat dijuluki sebagai ‘Malaikat Penyelamat Pers Indonesia’. Julukan yang lebih hebat dan lebih bermanfaat. (*)
*). Penulis: Rico AU Dato Panglima | Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Serikat Pers Republik Indonesia (SPRI) Provinsi Sumatera Barat