Padang Pariaman – Persada Post | Bagindo Yohanes Wempi, seorang penulis, aktivis dan politisi ini, kembali menyorot dampak negatif dari pembangunan jalan tol ruas Padang – Pekanbaru. Melalui tulisannya, yang disebarkan dibeberapa WhatsApp Group, membeberkan kondisi sawah petani masyarakat Nagari Parit, Kabupaten Padang Pariaman, yang tidak bisa digarap gegara/ gara – gara pengerjaan lean clearing pembangunan jalan tol tersebut.
“Enam hari yang lalu seorang tokoh Piaman mengirim WA ke penulis (dirinya), isi pesan singkatnya menyampaikan bahwa sawah petani masyarakat Nagari Parit Malintang terkena dampak dari pembangunan jalan tol Padang-Sicincin,” tulis Yohanes Wempi.
Ia menjelaskan, bahwa imbas dari pengerjaan lean clearing pembangunan jalan tol Padang – Sicincin, tepatnya pada di Kanagarian Parit Malintang, lahan pertanian warga tertimbun dan tak bisa digarap lagi.
“Semua lahan produktif yang keseharian ditanami padi oleh warga itu, kini rusak dan sawah milik mereka tertimbum akibat longsoran pengerjaan lean clearing pembangunan jalan Tol,” kata Yohanes, Kamis (13/10/2022), sebagai yang dikonfirmasi Persada Post kepada Yohanes Wempi, melalui chat WhatsApp-nya.
“Sawah masyarakat tersebut tertimbun longsoran material pengerjaan pembangunan jalan tol, sudah semenjak tahun 2021 tahun lalu. sejak awal pengerjaan pembangunan jalan tol, aliran air yang membawa tanah traz dan mengendap di sawah garapan masyarakat Nagari Parit Malintang,” imbuhnya.
Lebih lanjut Yohanes membeberkan, pada tanggal 6 Oktober 2022, kalau tidak salah, katanya, para petani sudah mengirim surat kepada PT. Hutama Karya/ HK (Persero), guna penyelesaian masalah tersebut. Dari pesan itu, para petani meminta diberi ganti rugi kegagalan panen dan meminta juga aliran air yang ada disitu diperbaiki.
“Menurut saya, kejadian diatas yang menimpa masyarakat Nagari Parit Malintang dan kedepan bisa berdampak juga ke nagari – nagari lainnya, seperti Lubuk Pandan, Sicincin dan Kecamatan Lubuk Alung. Andaikan masalah pengerjaan yang dilakukan oleh HK bersama vendornya tidak profesional atau salah perencanaan dari awal,” tegasnya.
“Kawasan Parit Malintang, Lubuk Pandan, Sicincin sampai ke Kasiak Putiah Kecamatan Lubuk Alung, merupakan daerah yang tanahnya berpasir (fozzolan) yang tidak memiliki daya rekat. Apabila hari hujan tanah itu akan runtuh dan hanyut dibawa air, ini yang menyebabkan sawah pertanian hancur,” bebernya lagi.
Yohanes memberikan prediksinya, kondisi rawan bencana di beberapa nagari yang dilalui oleh jalan tol Padang – Sicincin tersebut, secepatnya mesti diantisipasi oleh perusahaan pengerjaan jalan tol (HK). Segera ambil tidakan cepat, dengan memberi ganti rugi jika ada tamanan petani yang kena imbas dari pengerjaan tersebut.
“PT. HK (Persero) ganti saja kerusakan akibat pengerjaan tersebut agar masyarakat tidak demonstrasi, yang menghambat selesainya jalan tol tersebut. Masyarakat demo, makin buruk catatan pengerjaan jalan tol diranah minangkabau ini,” tukuknya.
Yohanes menuturkan, disamping itu, pengerjaan tol perlu dikaji ulang secara mendalam lagi. Menurutnya, lebih baik PT HK (Persero) melaksanakan pembangunan jalan tol mulai dari Lubuk Alung, Parit Malintang, Lubuk Pandan, Sicincin, Kapalo Hilalang, dengan membuat jalan layang, ini bisa menghindari perusakan kontur tanah dan lingkungan yang dilalui oleh jalan tol tersebut tidak menjadi bencana.
“Saran saya, jalan layang yang dibuat menghindari agar dampak lingkungan terhadap masyarakat tidak banyak terjadi. Kedepan menurut Penulis jika tidak jalan layang yang dibuat maka dimana-mana akan terjadi bencana alam seperti yang dialami oleh warga Nagari Parit Malintang tersebut, malah bisa lebih parah lagi,” kata Yohanes.
“Nanti dibeberapa daerah akan terjadi banjir, genangan air meninggi karena jalur yang dilalui oleh jalan tol sekarang merupakan jalur air dari perbukitan dan rata-rata daerah banyak jalur aliran sungai, termasuk aliran sungai yang berpindah-pindah,” prediksinya.
“Menurut saya, pengerjaan jalan tol belum terlambat merubah perencanaannya menjadi jalan layang untuk menghindari terjadinya kerusakan lingkungan, bencana dan tol bukan mendatangkan berkah tapi akan mendatangkan musibah bagi orang Piaman,” tutup Yohanes.
Editor: Rico Adi Utama Dato’ Panglima.