Padang – Persada Post | Mayor CPL Aswad Kennedy Wakil Komandan Denpal 1/3 Pdg Balak Aju Korem 032/Wirabraja, sebagai putera asli Kabupaten Sijunjung, Provinsi Sumatera Barat, bersedih hati mendengar nasib Muhammad Husni Sabil, yang disekap di Negara Myanmar.
Kabarnya, Sabil (sapaan akrab Muhammad Husni Sabil), ke Myanmar adalah berniat mencari pekerjaan, namun melalui jalur ilegal. Sehingga, ia masuk ke wilayah konflik/ perang di Myanmar dan akhirnya disekap.
“Tidak mesti Sabil melakukan itu, jika di Sijunjung ini ada jaminan pekerjaan yang layak. Saya mendengar keluarga Sabil memang ekonominya lemah, itu kenapa keluarganya membiarkan ia mencari pekerjaan di negeri orang. Hal itu mestinya tidak terjadi. Karena Sijunjung ini kaya dengan alamnya dan memiliki potensi untuk lapangan pekerjaan yang layak dan mensejahterakan,” ungkap Mayor Aswad, kepada Persada Post, Sabtu (6/5/2023).
Mayor Aswad yang berasal dari Kenagarian Siaur, Kecamatan Kamang Baru, Kabupaten Sijunjung itu pun menumpahkan kekesalan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dan berwewenang mengayomi serta mensejahterakan masyarakat Sijunjung.
“Saya kesal, mengapa kita mati di lumbung padi. Ini kan aneh. Kampung saya itu kaya, banyak orang dari berbagai daerah luar Sijunjung yang datang sudah berpuluh-puluh tahun dan mereka mampu hidup layak. Sabil adalah potret ketimpangan sosial dan ekonomi yang tidak menjadi perhatian serius selama ini,” ujarnya.
Apa yang disesalkan Mayor Aswad memang bukan tanpa alasan. Kabupaten Sijunjung selain daerahnya yang luas, juga memiliki potensi pertanian, perkebunan dan pertambangan yang besar.
Hal itu didukung dengan data yang dirilis oleh www. sijunjung.go.id (website Pemerintahan Kabupaten Sijunjung), bahwa Sijunjung merupakan wilayah yang kaya akan hasil pertambangan, terutama: batubara dan berbagai pertambangan mineral lainnya seperti emas, sirtu, dan tanah urug.
Selain itu, masih menurut sumber yang sama; Pada tahun 2004, produksi padi Kabupaten Sijunjung kembali mengalami peningkatan produktivitas dengan hasil 83.552 ton dengan rata-rata produksi sawah sebesar 4,34 ton/hektar dari 4,31 ton/hektar. Luas panen padi selama tahun 2004 tercatat seluas 19.223 Ha, padahal pada taun 2003 hanya tercatat seluas 16.018 Ha. Peningkatan ini merupakan indikasi awal bahwa sektor pertanian sudah kembali memberikan kontribusi terhadap perkembangan ekonomi dan penyediaan padi di Kabupaten Sijunjung.
Itu artinya, jika benar-benar dikelola dengan baik dan didukung dengan teknologi yang canggih, Sijunjung adalah penghasil gabah dan padi yang besar dan mampu membuat inovasi penjualan yang lebih baik.
Belum lagi potensi perkebunan, Sijunjung juga menjadi surga perkebunan di Sumatera Barat. Dan, perkebunan merupakan salah satu tiang utama struktur perekonomian Kabupaten Sijunjung. Beberapa komoditi perkebunan yang ditanam di antaranya adalah karet, kelapa, sawit, coklat, manggis, dan kopi, baik oleh perkebunan rakyat maupun perkebunan besar.
“Maka, nikmat yang mana lagi bisa kita dustai. Sijunjung itu kaya. Ngak bisa dibantah itu. Jadi, peristiwa Sabil ini harus benar-benar menjadi evaluasi besar bagi pemangku kepentingan di Sijunjung. Jangan lips service juga dan mementingkan kelompok sendiri, sudahi itu. Mari kita makmurkan rakyat, ini amanat Undang-Undang Dasar Tahun 1945, khususnya Pasal 33,” tegas Mayor Aswad.
“Sedih bercampur kesal saya jadinya. Jangan pemerintah di Sijunjung hanya melihat trend peristiwa saja (Sabil di sekap), lalu di ekspos besar-besar. Tapi ingat, peristiwa Sabil adalah tamparan keras. Jangan pernah terjadi lagi,” tukuknya.
“Kita berharap juga, adanya upaya-upaya dari semua unsur terkait untuk dapat mengembalikan Sabil dengan selamat berkumpul kembali dengan keluarganya di Kenagarian Tanjung, Kecamatan Koto VII,” pungas Mayor Aswad. (Rico AU Dato Panglima)