Jakarta – Persada Post | Pernyataan mengejutkan datang dari H. Armawi Koto, Ketua Umum DPN FKMPI (Dewan Pimpinan Nasional Forum Komunikasi Masyarakat Piaman Indonesia), Kamis (09/2/2023) kemarin, kepada Redaksi Persada Post.
Ia menyesalkan, bahwa adanya oknum di salah satu organisasi paguyuban orang Piaman (Kota Pariaman, Kabupaten Padang Pariaman dan sekitarnya), yang ia anggap kurang memiliki etika dalam berorganisasi, terutama secara lintas organisasi/ sektoral.
“Saya mencium bau tidak sedap, dari tingkah salah seorang pengurus organisasi Piaman, baru-baru ini. Seharusnya, kita maju bersama, apapun itu organisasinya. Karena tujuannya jelasnya, bagaimana membangun, memakmurkan dan mengayomi orang-orang Piaman di perantau dan termasuk bagaimana berkontribusi terhadap kampung halaman,” ujar Armawi Koto.
“Beda dengan partai politik, di internal partai bisa baku hantam strategi. Karena, masing-masing orang di partai politik, pasti punya kepentingan pribadi dan kekuasaan. Nah, kalau di organisasi paguyuban, apa yang mau diperebutkan. Inikan organisasi sosial, tentunya kita harus perbanyak perbuatan baik dan sikap-sikap organisasi yang memberikan keuntungan bersama, bukan malah menari diatas asap (dimaknai menikung, berkhianat dan prilaku tidak etis atau bermain dengan kepalsuan),” bebernya.
“Di FKMPI etika berorganisasi, bagi saya sangat penting, sejak FKMPI berdiri di NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) ini. Karena, saya dan rekan-rekan pengurus lainnya, membangun FKMPI ini dengan semangat, bukan mengandalkan uang dan apalagi dengan cara-cara tidak baik. Kita juga tidak pakai dewan penyantun, tapi FKMPI terus berkibar dengan swadaya bersama; menghidupkan semangat gotong-royong di FKMPI ini,” imbuhnya.
Ketika ditanya oknum yang dimaksud, Armawi Koto enggan menyebutkan. Menurutnya, pernyataan tegasnya ini dapat dibaca oleh yang bersangkutan dan dapat ditafsirkan dengan baik dan iapun merubah sikapnya yang tidak etis dalam berorganisasi.
“Tidak usalah kita sebut nama. Kalau orang Minang, pasti faham ereng kato (Indonesia: Kata Sindirian). Jadi, tidak usah dibuka-buka betul, yang bersangkutan itu dapat memahaminya dan dengan harapan berubahlah hendaknya. Jangan bermanuver di organisasi, tetapi tidak mampu memainkan seni yang baik. Karena ujung-ujungnya dapat membuat kerusuhan di internal organisasi, apalagi lintas organisasi,” tegasnya.
“Apalagi menyoal calon pemimpin/ pimpinan di organisasi, perlu sekali pandangan yang sangat dalam dan jelas. Sebab, pengabdian bakal calon pimpinan itu, harus didorong berdasarkan hati nurani, bukan berdasarkan spekulasi. Hal itulah yang harus dimiliki terlebih dahulu, baik pemimpin di organisasi, apalagi pemimpin sebuah daerah,” pungkasnya. (RAU Dato Panglima)