UNIVERSITI Sultan Zainal Abidin (UnisZa), adalah satu diantara 20 Perguruan Tinggi Negeri di Malaysia yang berada dibawah pentadbiran Kementerian Pendidikan Negara Malaysia. Pengurusi tertinggi disebut conselor dan itu dijabat oleh isteri Raja Trenggenu yang saat ini dijabat anaknya, Sultan Zainal Abidin.
Perguruan tinggi di Malaysia jumlahnya tidak banyak, yang diselennggarakan oleh pertubuhan atau lembaga masyarakat tidak lebih 400 buah, begitu penjelasan Pejabat Naib Conselor (Rektor) UnisZa Professor Dato’ Dr. Fadzli Bin Adam dalam sambutannya, saat penandatanganan kerjasama dengan Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Syekh Burhanuddin, Selasa (8/ 9/ 2023) kemarin, di Rektorat Kampus Gong Badak, 21300, Kuala Nerus Trengganu, Malaysia.
Nota kesepakatan/ Memorandum of Understanding (MoU) STIT SB dengan UnisZa menjadi terasa istimewa dengan kesediaan menerima dan memberikan kesempatan bekerjasama pada perguruan tinggi swasta yang jumlah mahasiswa dan kapasitasnya jauh berbeda.
Untuk diketahui, UnisZa saat ini memiliki 13.000 orang dengan pensyarah dosen 600 orang, memiliki kampus pertama seluas 300 hektar, kampus kedua yang sedang dibangun seluas 1000 hektar dan kampus ketiga untuk Fakultas Kedokteran (Perubatan) 30 hektar berdekatan dengan kampus pertama.
UnisZa berdiri sejak 1981 yang bermula dari college dan saat di bawah Kerajaan Negeri, kini menjadi universiti negeri yang pembiayaannya dari Persekutuan Negara Malaysia.
Pada kesempatan yang sama, Ketua STIT Syekh Burhanuddin, Neni Triana dalam sambutan menyatakan, bahwa dari masa lahirnya STIT Syekh Burhanuddin (1978), telah menyandang nama (Syekh Burhanuddin) pengembang Agama Islam di Negeri Minangkabau.
Kerjasama dua Perguruan Tinggi itu, tentunya akan bermanfaat bagi kemajuan pendidikan dalam tukar menukar pensyarah, penelitian, kemahasiswaan dan penulisan jurnal. Yang pastinya, kerjasama itu tentu dapat meningkatkan semangat dan marwah kedua perguruan tinggi dan civitas akademikanya.
-0-
Perpustakaan dan Mahasiswa Luar Negeri
Peninjauan ke Perpustakaan UnisZa menunjukkan, bahwa jantung ilmu pengetahuan ada di perpustakaan sudah dilakukan dengan baik dengan koleksi yang banyak, dilengkapi dengan sarana yang nyaman didukung oleh perangkat IT yang cangggih.
Sementara itu, Wakil Dekan UnisZa, membidangi Kerjasama luar negeri Fakultas Pengkajian Islam Kotemporer Yang mulia timbalan hubungan luar negeri Prof. Nurmadiah Binti Daud, adalah penjeput rombongan ketua yayasan dan Pimpinan STIT Syekh Burhanuddin.
Nurmadiah Binti Daud dengan antusias dan bangga menceritakan dan menunjukkan kekuatan perpustakaan UnisZA, kampus yang berada Negeri Trengganu Darul Iman yang letaknya lebih 500 KM dari ibu Negeri, dipinggir utara Kuala Lumpur.
Perpustakaan UnisZA menyediakan satu ruangan yang berisi karya dan seluruh aktivitas kesatrawanan dato’ seorang sastrawan Malaysia Samad bin Ibrahim. Kepeduliaan perguruan tinggi pada karya anak negeri, khususnya sastrawan patut diapresiasi, karena memang sastra adalah salah satu puncak keilmuan yang menjadikan tiang pancang peradaban.
Perpustakaan UnisZA memisahkan raung baca dan ruang diskusi yang nyaman dan representatif bagi mahasiswa program magister dan doktor yang belajar lebih dari 100 orang dari 24 Negera di dunia begitu penjelasan pustakawan yanng nenek moyangnya dari Suku Bugis Makassar.
-0-
Fakulti Pengkajian Islam Kontemporer
Fakultas tertua dan jumlah mahasiswa serta program studi terbanyak adalah Fakulti Pengkajian Islam Kotemporer di UnisZA. Fakulti ini memiliki program studi yang nama-namanya merelevansikan antara ilmu-ilmu keislaman dengan ilmu kotemporer, seperti Islam dan perubatan, Islam Manajemen dan rekayasa, serta sejenisnya. Artinya Islam disandingkan dengan ilmu-ilmu pengetahuan kontemporer.
Dalam seminar Kelestarian Ilmu-Ilmu Islam di Nusantara, narasumbernya tuan rumah langsung, Professor Madya Doktor Anas bin Muhamamd Yunus yang menyampaikan, bahwa pengkajian Islam di Fakulti Pengkajian Ilmu-Ilmu Islam Nusantara menekankan pada universalitas Islam yang dapat membina dan membimbing kehidupan global.
Pendidikan Islam Nusantara Pengalaman UnisZA yang menjadi topik pembahasan narasumber tempatan menjelaskan, bahwa makna nusantara itu perkongsian bahasa, Melayu dan budaya.
UnisZa yang didirikan sejak tahun 1981 yang berawal dari college, dan 2010 menjadi universiti adalah intitusi yang memiliki visi pendidikan membangun potensi insan, integrasi ilmu turath, memoderenkan pengajian klasik ilmu Islam, mendidik dengan prinsip membentuk generasi Muslim bertaqwa melalui ilmu, iman, amal dan akhlak.
Dalam realitasnya, sampai saat ini UnisZA adalah universiti keberadaannya untuk menjamin pendidikan anak Negeri Trenggenu. Sehingga, 80% putra putri asli Trengganu dan ada 20% untuk anak negeri lain serta mahasiswa antar bangsa.
Pembelajaran ke-Islaman pada UnisZA mengunakan pengajian talaqi kitab turats, talaqqi quran hadist, aplikasi flexS, mengaktifkan ukhuwah dan membina jaringan Islam di antar bangsa. Harus diakui bahwa pembiayaan dan cabaran, atau tantangan keperluan uang yang akibatnya pengabaian pada keperluan student dalam membantu mereka.
Professor Madya Anas yang asalnya dari suku Jawa yang sejak kakeknya sudah pindah ke Malaysia menyatakan; bangga dengan pemikir Indonesia Gus Dur yang jenaka, namun bersifat universal.
Narasumber itu mengkritik mudah mengklaim budaya dalam lingkung kecil saja, misalnya budaya Reog dari Ponorogo, ketika ditampilkan oleh orang Ponogoro yang ada di Malaysia itu diributkan di Indonesia.
Atau, mungkin juga soal Rendang Padang, yang orang Melayu Malaysia juga masakan rendang dibuat oleh orang Malaysia yang berasal dari Minangkabau, misalnya orang Negeri sembilan yang aslinya dulu dari Pagaruyung/ Minangkabau, begitu lemahnya berfikir universal manusia global.
Selain itu, Prof. DR. Duski Samad narasumber dari Indonesia sebelumnya mengawali persentasi dengan mengutip kaidah al-Islam shalih li kulli zaman wa makan, Islam itu sesuai dengan masa dan tempat, ini adalah tapak awal menyatakan Islam dapat eksis ditengah era global.
Lebih lanjut ditegaskan Duski Samad, bahwa respon konservatif dan kontroversi umat Islam terhadap perubahan global adalah membuat umat Islam tertinggal. Menurutnya, Fakulti Pengkajian Islam Kotemporer hadir untuk menjawab masalah di atas.
Lebih kuatnya lagi, pendekatan adaptif terhadap perubahan mesti dikawal oleh kaum terdidik Islam, terlebih lagi mahasiswa calon pemimpin Islam masa depan.
Lain lagi, DR. Heri Surikno pemakalah ketiga dalam orasinya menyatakan, bahwa pendidikan tujuan akhirnya adalah melahirkan manusia berakhlak mulia, berilmu pengetahuan dan mampu menghadapi perubahan dengan baik, kunci untuk mencapai semua itu diperlukan kekuatan sipritual.
Dalam pembangunan manusia pada masa apa saja, penguatan spiritual adalah kewajiban yang tak boleh diabaikan. Lebih lagi kedepan di era global dan perubahan akibat dari era industri 4.0 pendidikan berbasis sipritual mesti mewarnai setiap bidang ilmu yang diajarkan dan dipelajari.
Pendidikan Islam di era apapun bisa jaya dan hidup, karena Islam itu ya’la wala yu’ala alaihi. Masalahnya, tentu bagaimana Islam dapat dilakukan umatnya dalam penyesuaian yang lama dengan mengambil yang baru, al muhafazah ala qadinis shaleh.
Semaju apapun tekhnologi dan apapun keadaan pendidikan spiritual adalah kebutuhan abadi yang tak bisa dianggap remeh. Posisi Pendidikan Islam sebagai core untuk pengembangan sumber daya insani adalah penting dan strategis untuk mencapai tujuan pendidikan abad 21 yang sudah dimulai saat.
Pendidikan sipritual Islam sejak awalnya sudah menguat pada kearifan pendidikan Islam informal, contoh surau. Spiritualitas adalah bahagian penting dalam pendidikan, namun dalam aplikasi sering kurang mendapat perhatian yang serius oleh lembaga pengelola pendidikan itu sendiri.
Ketiga orang pembicara pada seminar ini sepakat bahwa ilmu-ilmu Islam di nusantara mesti tetap memperhatikan kemajuan era global, melakukan adaptasi yang tepat, dengan tetap meneguhkan sipritualitas Islam.
Menurutnya pula, kehadiran Fakulti Pengkajian Islam Kotemporer akan berkonstribusi besar untuk mengawal adaptasi pendidikan Islam menghadapi era global dan tetap teguh nilai-nilai sipritual Islam.
-0-
Serimonial penantaganan kerjasama, pengkongsian, atau MoU STIT Syekh Burhanuddin Pariaman dengan UnisZA Trengganu Malaysia diakhiri dengan makan selepas siang bersama Rektor, timbalan rektor dan dean fakulti dengan semangat bangsa serumpun. Menempuh perjalanan darat yang melelahkan berangkat pukul 15.00 dari Trengganu, baru sampai di Springhill pukul 01 Malam.
Semoga perjalanan ilmiah ini menjadi ibadah dan penambah semangat dan spirit melalui MoU ini dapat melecut kemajuan STIT Syekh Burhanuddin Pariaman – DS. Homestay Springhill Negeri Sembilan, Selasa (9/8/2023). Kunjungan Perkongsian (MoU) STIT Syekh Burhanuddin dengan UnisZA Trengganu Malaysia. (*)
*). Oleh: Prof. Dr. H. Duski Samad, M.Ag Tuanku Mudo