Ilustrasi Prabowo Subianto, Joko Widodo dan Megawati Soekarno Putri. (Foto: Diolah dari berbagai sumber)

SELAMA ini acap kali disebut-sebut, bahwa Presiden RI Ir. H. Joko Widodo adalah petugas partai, tepatnya di Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI Perjuangan). Dugaan dan klaim tersebut, akhirnya terbantahkan dengan majunya Gibran Rakabuming sebagai CaWapres (Calon Wakil Presiden) Republik Indonesia, mendampingi Prabowo Subianto sebagai Capres (Calon Presiden) dan sudah mendaftar pada Hari Rabu, 25 Oktober 2023 kemarin ke KPU RI (Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia).

 

Sementara itu, PDI Perjuangan telah mengusung Ganjar Pranowo – Mahfud MD. Itu artinya, Jokowi harus berhadap-hadapan dan berperang strategi politik dengan PDI Perjuangan dan utamanya dengan sang Ketua Umum, Megawati Soekarno Putri.

 

Dan, secara langsung maupun tidak langsung, Jokowi pasti akan memberikan dukungan, semangat dan apa yang ia miliki serta yang bisa dilakukan, untuk memenangkan anak sulungnya; Gibran.

 

Maka, jelas sudah; Joko bukan sosok yang memiliki karakter lemah dan manut/ pengikut. Karena, ia sudah membuat sikap politik yang jelas, dengan merestui anaknya sendiri, sebagai regenerasi kepemimpinan politik dan kekuasaannya di RI.

 

Tak hayal, maju dan terpilihnya Gibran sebagai Walikota Surakarta, adalah uji dan asah potensi politik, yang jelas saat ini langsung dilakukan manuver untuk RI 2/ Wapres RI.

 

Bagaimana pula menepisnya, bahwa akan ada orang lain dibelakang Gibran, kecuali adalah bapaknya sendiri; Jokowidodo. Inilah kehebatan politik Jokowi, gerakannya senyap dan nyaris tidak terbaca oleh orang terdekat dan kelompoknya sendiri, terutama kalangan elit PDI Perjuangan dan yang lainnya.

 

Publik Mulai Ramai, Ribut dan Riuh

Tidak bisa dihindari, publik akhirnya makin ramai dan juga ada yang ribut, terutama rival politik Jokowi, yang utamanya mengusung Paslon (Pasangan Calon) selain Prabowo-Gibran.

 

Rata-rata tendesius kalimat yang selalu muncul dan jika di-tagar, mereka yang ribut dan riuh ini menyayangkan, kenapa harus Gibran?. Sebab, Gibran jelas anaknya Jokowi dan terkesan berupaya melanggengkan kekuasaannya yang berbau dinasti, turun-temurun.

 

Belum lagi Gibran dengan usia yang masih sangat muda dan jika terpilih, inilah sejarahnya Indonesia memiliki Wapres anak muda, bisa disebut Wapres Millenial.

 

Jika ditelisik dari segi ilmu marketing, dengan munculnya Gibran dan berdampak menjadi ramai, ribut dan riuh; itu artinya produk memiliki popularitas dan tinggal dipoles lebih baik serta ditingkatkan lagi upaya lainnya, maka produk akan laku keras di pasaran.

 

Memang, marketing politik dengan munculnya Gibran, bukan marketing abal-abal dan biasa-biasa saja. Kemampuan menjual Gibran, adalah kemampuan diatas jenius. Karena, bagi praktisi dan/ atau pelaku politik biasa-biasa saja, tidak akan sampai sejahu itu menerawangnya.

 

Sekali lagi, Jokowi sudah membantah tudingan terhadap dirinya adalah petugas partai. Jokowi memang the master of political Indonesian. (*)


*). Penulis: Rico AU Dato’ Panglima

Direktur Eksekutif POLEGINS (Political and Legal Institute)

Please follow and like us:

By Redaksi

Social media & sharing icons powered by UltimatelySocial