Jakarta – Persada Post | H. Yobana Samial, SH, MH, adalah pejabat notaris, mantan advokat dan Perwira TNI, serta saat ini diamanahkan sebagai Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Persatuan Keluarga Daerah Piaman (PKDP) DKI Jakarta, kembali membuka sebuah ide baru dengan program yang diberi nama Surau Kini.
Menurutnya, program tersebut apabila dijalankan, maka akan lebih dasyat out put – nya dibandingkan Soerau Doeloe.
Ketika program tersebut dimunculkan kebeberapa orang, banyak yang tecengang dan menganggap tidak masuk akal. Pertanyaan demi pertanyaan pun bermunculan, sekaitan dengan; konsep, pelaksanaannya, pengawasan, penilaian dan terutama soal pembiayaan.
“Sebenarnya, konsep Surau Kini dapat dijalankan dengan sangat mudah. Hanya saja, persoalannya apakah semua pihak terkait, diantara organisasi PKDP di Indonesia dan Pemerintah Daerah (Pemda) Kota Pariaman dan Kabupaten Padang Pariaman, termasuk Provinsi Sumatera Barat, bersedia melaksanakan dan memberikan dukungan penuhnya,” kata Yobana Samial, Sabtu (22/10/2022) kepada Persada Post, melalui telepon WhatsAppnya di Jakarta.
Lebih lanjut beber Yobana, menelisik dengan Soerau Doeloe, ternyata telah mampu melahirkan ulama besar, tokoh besar, raja – raja, pejuang dakwah yang tangguh (diantaranya; Buya Hamka, M. Nasir, H. Agus Salim, Muhammad Hatta/ Bung Hatta serta banyak lagi yang lainnya), pendiri Negara Singapura, Raja Sulu, Pendiri Kota Manila, Raja Negeri Sembilan, Raja Johor, Raja Malaka, Raja Serawak, Raja Brunei Darussalam dan yang tidak kalah pentingnya sudah banyak pula berjasa meng-Islam-kan beberapa raja/ daerah seperti Raja Gowa, dan lain – lainnya.
“Sangat diyakini, Konsep Surau Kini, akan memberikan dampak yang lebih dasyat lagi dari Konsep Soerau Doeloe. Karena, apalagi saat ini teknologi dan akses komunikasi yang sudah lebih canggih, media dakwah yang tidak sulit serta daya dukung lainnya, yang dapat menjadikan program tersebut lebih mudah dilaksanakan,” imbuhnya.
FAKTA & REALITA
Yobana menjelaskan, keberhasilan orang Minang nampak dalam pameo, antara lain dulu orang Minang merantau mencari tempatan (dunsanak), kemudian mencari mesjid, suatu ketika di mesjid muadzin/ imam mesjid/ penceramah berhalangan, maka ia yang menggantikan dan akhirnya menjadi pengurus mesjid dan tokoh setempat.
Katanya, di Jakarta tahun 70-an, apabila ada 10 khatib Jum’at, maka 8 adalah orang Minang; dan apabila berbaur dengan beberapa suku, maka imamnya (pemimpinnya) orang Minang. Banyak orang mengatakan; kalau tidak ada orang Minang, maka Indonesia tidak merdeka. Intinya, Islam (SOERAU DOELOE) telah menjadikan mereka hebat, yaitu merantau, mensyiarkan Islam dan menjadi Khalifah fil Ardhi (pemimpin dunia).
“Bagaimana dengan sekarang? Barang Tentu, berbanding terbalik? Minang tidak ada pemimpin yang menonjol, apalagi ulama. Sekarang, mereka merantau memang pertama mencari dunsanak, setelah itu mereka mencari mall, discotik, meja bilyar, cafe dan sejenis, sehingga mereka terlibat pergaulan bebas, narkoba dan perbuatan maksiat lainnya. Bagaimana mengembalikan kondisi masa lalu itu? Jawabannya: “Kembalikan fungsi Soerau Doeloe dengan konsep Surau Kini,” ujarnya.
“Apakah bisa? Tentu bisa, malahan lebih hebat dari out put Soerau Doeloe. Bagaimana konsepnya Surau Kini itu? Konsepnya sangat sederhana tetapi totalitas (orang dan materi) dan solusi dari permasalahan dakwah (menjadikan orang beriman dan bertaqwa sesungguhnya) serta efektif dan efisien,” tukasnya.
ANALISIS KONSEP
Maka, menurut Yobana, konsep Surau Kini itu adalah melekatkan muatan keagamaan (aqidah, ibadah dan akhlak), di sekolah mulai dari sekolah tingkat PAUD, TK, SD, SLTA hingga Perguruan Tinggi (Dimana, nanti tanpa menganggu aktivitas belajar rutin mereka). Dan, Surau Kini ini lebih cocok disebut “Sekolah Plus Surau”. Maka, pada SD, disebut juga SD Plus Surau. Begitu juga dengan yang lainnya.
Untuk diketahui, SURAU adalah singkatan dari Studi Untuk Revitalisasi Aqidah Ummat dan KINI adalah masa kini (kondisi kekinian). Dua hal itu, sejalan dengan maknanya secara komprehensif.
PROGRAM SURAU KINI
Terkait program Surau Kini, Yobana Samial menjelaskan, bahwa diantaranya yang akan dijalankan adalah: 1). Penyampaian Taushiah 5 menit 2x/hari, sebelum pelajaran dimulai dan setelah berakhir; 2). Shalat Sunnah Dhuha pada jam istirahat; 3). Shalat Zhuhur/ kelas setelah pelajaran berakhir; 4). Didikan Shubuh setiap hari Minggu; 5). Shalat Shubuh berjama’ah di tempat tinggal masing – masing didampingi orang tuanya; 6). Program Aku Anak Shaleh (meng-admin 23 kegiatan ibadah setiap hari); 7). Program Cinta Mesjid (meng-admin kegiatan di mesjid/sejenis sebagai pusat kegiatan setiap hari).
Lalu, 8). Raport Akhlak (meng-admin kemaksiatan setiap hari); dan 9). Nuansa Islami di sekolah, antara lain penulisan pesan keagamaan di dinding sekolah.
“Sekolah akan melaksanakan, mengawasi dan menilai dalam Standar Operasional Prosedur (SOP) yang dibuat untuk itu. Tentu, semua program itu adalah dibawah pembinaan Pemda setempat; baik Kota Pariaman, Kabupaten Padang Pariaman, maupun kabupaten/ kota lainnya di Provinsi Sumatera Barat,” tegasnya.
ALASAN PENDUKUNG
Yobana menyebutkan, bahwa program yang ia cetuskan itu, akan menggiring dan mengharuskan siswa mengerjakannya. Karena, hal itu terkait dengan syarat kenaikan kelas, seandainya persentasinya tidak tercapai (sebagaimana SOP sekolah terkait), maka akan dikenai sanksi, setidaknya akan menjadi masalah syarat kenaikan kelas. Kemudian, program tersebut pada akhirnya berproses menjadi pembiasaan; berlanjut menjadi mencintai; dan akhirnya menikmati.
“Maka, ketika anak-anak akan menjadi dewasa, kelak akan mendidik anaknya sendiri seperti apa yang mereka lakukan dan seterusnya. Karena, konsep ini totalitas dan syarat materi, maka diyakini akan melahirkan setiap orang menjadi ulama, pemimpin dan penghuni Jannah,” katanya.
“Diantara dampak lainnya, mereka itu nanti akan tertonjol menjadi ulama dan pemimpin berskala nasional dan internasional. Tentu, juga diperkuat dengan kembali ke Surau Kini di tengah masyarakat,” imbuhnya.
SUMBER DANA PROGRAM
Yobana pun membeberkan, yang mana tidak kalah pentingnya, setelah pemahaman arti pentingnya program Surau Kini, adalah soal sumber dana untuk menjalankan program tersebut. Sehingga program tersebut benar – benar berjalan, karena sudah memiliki pos anggaran yang mumpuni dan selanjutnya tinggal melakukan rekruitmen sumber daya/ SDM (Sumber Daya Manusia) sebagai tenaga pembina, pengasuh dan pengajar.
“Maka, sumber utama yang sangat diharapkan adalah bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) setiap Pemda di Provinsi Sumatera Barat, dana zakat di Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) serta Bazis – Baziz lainnya,” ujar Yobana Samial.
“Selain itu, juga bisa bersumber dari partidsipasi masyarakat, pengusaha serta donatur lainnya, yang mendukung dan ingin terlaksananya Konsep SURAU KINI, apalagi perantau Minang dimanpun merantau,” tukuknya.
“Oleh sebab itu, perlu pula solusi strategis yang mendorong masyarakat rantau berzakat dan diakomodir untuk Program Surau Kini. Lalu, Tegaklah Agama Allah di Bumi Minang dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) ini dengan membanggakan dan luar biasa,” tutup Yobana Samial. (Rico Adi Utama Dato’ Panglima)