Kika: Dodi Hendra dan pada tanda panah adalah Dodi Hendra Junior dengan empat saudaranya, dengan didampingi kedua orang tuanya pada masa itu. (Foto: Diolah dari berbagai sumber)

Solok – Persada Post | “Walau masa kecil tidak sebahagia anak lainnya; tidak mengenyam pendidikan formil yang normal, tetapi saya harus bisa mencapai kesuksesan dengan ikhtiar terbaik dan keyakinan yang kuat,” kalimat itu muncul dari mulut Dodi Hendra,SH, seorang politisi Partai Gerindra, yang saat ini menjabat Ketua DPRD Kabupaten Solok, pada salah-satu momentum pertemuan dengan Redaksi Persada Post di kediamannya, belum lama ini.

 

“Kehidupan yang aku jalani semasa kecil, yang mana memasak nasi pakai kayu api dan mengambil air bersih dengan jarak 1KM. Pakai ember di kepala, serta tangan menenteng derigen,” tulis DH, sapaan akrab Dodi Hendra, yang dikutip melalui bio profil WhatsApp-nya.

 

“Amak mengirai padi di sawah. Mengumpulkan sisa gabah yang tertinggal panen oleh petani. Aku bangga dilahirkan dari perempuan, yang aku panggil Amak itu,” tulis DH lagi.

 

“Semoga beliau ditempatkan di tempat yang paling mulia oleh Yang Esa. Dan, setiap nadi aku, do’a terbaik untuk amak. Tersenyum teruslah melihat aku berjuang di dunia bersama orang yang baik,” tutupnya, pada tulisan itu.

 

Allah SWT Mengangkat Derajat DH Sekejap Mata

Bagi Allah SWT, tidak terlalu sulit mengangkat dan menurun derajat hambaNya. Malah, tidak butuh waktu yang lama, seorang hamba yang bukan siapa-siapa, akan menjadi populer dan memiliki martabat yang tinggi di mata manusia lainnya dan sebaliknya.

 

Menjalani hari-hari sebagai seorang pemborong (istilah kontraktor di Sumatera Barat), ia terus mencari peluang lain, termasuk terjun ke kancah politik.

 

Di dunia politik, ia tidak hanya ingin mengadu nasib, tetapi ia ingin pula mengabdi dan berbuat lebih besar lagi untuk untuk orang banyak, bukan hanya berjuang sekadar untuk diri pribadinya saja.

 

Maka, pada Tahun 2019, tepatnya digelar Pemilu (Pemilihan Umum), iapun kemudian mengikuti kontestasi Pileg (Pemilihan Legislatif) untuk DPRD Kabupaten Solok.

 

Berbekal ijazah Paket C (setara dengan ijazah SMA), ia pun terpilih sebagai Anggota DPRD Kabupaten Solok.  Dan, dengan jabatan di Partai Gerindra sebagai seorang Ketua OKK, iapun ditunjuk oleh Prabowo Subianto sebagai Ketua DPRD. Sebuah kepercayaan yang amat tinggi di dunia politik saat itu, namun dilalui DH dengan tidak mudah dan proses yang berlika-liku.

 

Badai Politik dan Ketahanan DH

Seorang perenang terbaik, tidak dilahirkan dari air yang tenang. Itulah sekiranya analogi, yang cocok untuk seorang DH. Sejak diberi amanah oleh Ketua Umum Partai Gerindra; Prabowo Subianto, sebagai Ketua DPRD Kabupaten Solok, DH pun harus berhadapan dengan badai dan ombak politik yang besar.

 

Beberapa orang di DPRD Kabupaten Solok, tampaknya kurang senang DH menjabat Ketua DPRD. Sehingga, terjadi upaya mosi tidak percaya terhadap dirinya. DH tetap tenang, walaupun berbagai konspirasi terjadi dan sempat pula jabatan Ketua DPRD Solok diambil secara paksa oleh beberapa oknum, yang terkesan sangat menginginkan posisi itu.

 

Singkat cerita, DH tidak goyah sedikit pun. Ia tetap tenang menghadapi itu semua. Karena, sejak kecil, dengan nestapa kehidupan, ternyata telah mendidik DH untuk survival (bertahan hidup) dengan baik. Ia tidak berkecil hati dan akhirnya kembali dengan berbagai upayanya, menggagalkan aksi konspirasi itu.

 

Tidak sampai disitu saja, diduga Bupati Solok juga mengamputasi beberapa fasilitas DH sebagai Ketua DPRD; dari tidak bisa menempati Rumah Dinas Ketua DPRD Solok (karena digembok), tidak adanya fasilitas anggaran penunjang lainnya, hingga ia pun pernah mengendarai sepedah motor untuk pergi bekerja dari rumahnya ke Kantor DPRD Solok.

 

‘Aie mato jatuah kadalam’ (Indonesia: air mata jatuh kedalam). Dengan berat hati, DH harus mengulum kesedihannya dari dugaan perlakuan Bupati Solok, Epyardi Asda itu. Tetapi, kepala DH tetap tegak berdiri, iapun terus bersuara lantang di DPRD Solok, serta ia tetap menjalankan tugas dan fungsinya sebagai Anggota dan Ketua DPRD Solok dengan baik, tanpa merasa terhalang sedikit pun.

 

Politik Kejam dan Kriminalisasi

Badai politik tidak berhenti sampai disitu saja. DH, berulang kali harus menerima getirnya perlakukan hantaman kekuasaan/ abuse of power; tirani. Beberapa skenario, diduga terjadi untuk menghancurkan karier politik DH.

 

Tetapi, DH tetap tidak mundur, walaupun selangkah. Ia terus berdiri tegak, sementara berulang kali lawan politiknya berusaha untuk menjatuhkan.

 

DH ingin menunjukkan kepada khalayak, bahwa untuk sukses itu memang tidak semudah membalikkan telapak tangan. Kita harus menghadapi berbagai kemungkinan pahit, getir dan pedih.

 

Hingga tulisan ini dibuat, berdasarkan pengamatan objektif Persada Post, DH masih saja teguh dan kuat. Sementara, badai fitnah dan upaya kriminalisasi dari kekuatan politik yang sangat kejam terus menghadangnya.

 

DH tampaknya memiliki kekuatan fisik dan bathin, yang tidak sembarangan. Karena, menjadi seorang DH di Kabupaten Solok saat ini, tidaklah mudah. Dan, ia terus bertekad, melalui semua nestapa itu dengan baik, hingga pada akhirnya ia bersama rakyat Solok dapat tersenyum  sumringah dan bebas dari tirani. (Rico AU Dato’ Panglima)

Please follow and like us:

By Redaksi

Social media & sharing icons powered by UltimatelySocial