'Buya' Mahyeldi, dengan latar Istana Negara. (Foto: Berbagai sumber)

SALAH-seorang Kader PKS (Partai Keadilan Sejahtera) di Sumbar, dengan gegap-gempitanya meng-klaim, bahwa Mahyeldi Ansharullah yang disebut-sebut ‘Buya’ itu, kondisi saat ini sulit untuk terkalahkan di dunia perpolitikan Sumbar.

 

Katanya orang itu, survei Buya tinggi. Buya tidak terkalahkan. Itu artinya, orang-orang, utamanya elit politik di Sumbar (Sumatera Barat) harus merapat kepada Buya, jika ingin menang di Pilkada Sumbar 2024 ini.

 

Selain merapat, harga politik; terutama soal logistik Pilkada Sumbar dimungkinkan dapat dijadikan negosiasi oleh ‘agen-agen’ politik yang bersilewaran saat ini. Ada yang mengatakan berkisar 100 Miliar siapkan uang, jika ingin berpasangan dengan Buya, jika mau nego, goyang sedikit lah.

 

Tapi, itu belum tentu benar. Karena, penulis belum pula mendapatkan informasi valid, apakah; Buya ingin pula ‘manggaleh’ di pesta politik saat ini. Semua uneg-uneg dan isu itu menjadi rahasia umum ditengah elit politik Sumbar.

 

Menurut hemat penulis, kali ini Buya harus mundur selangkah. Jangan kiranya, hanya percaya diri memiliki popularitas dan elektabilitas tinggi, lantas kemudian cukup berpasangan dengan siapa saja dan berpotensi besar menang.

 

Jika ‘Kareh Kapalo’ (Indonesia: keras kepala/ egois) itu yang diturutkan oleh Buya, maka kedepannya sulit untuk terwujudnya kemajuan di Sumbar. Sebab, tanpa Buya menggandeng kader Partai Gerindra, yang notabenenya partai berkuasa saat ini, karena H. Prabowo Subianto terpilih sebagai Presiden RI, maka dukungan pemerintah pusat akan tidak berbeda dari yang sudah-sudah.

 

Jika ibarat menu; saat ini, Andre Rosiade dikabarkan tidak akan maju Pilgub (Pemilihan Gubernur) Sumbar. Tetapi, selain Andre Rosiade, ada kader Partai Gerindra, yang sangat dekat dengan orang kedua di Partai Gerindra (Sufmi Dasco Ahmad.red), yakni Vasco Ruseimy.

 

Vasco (sapaan akrab Vasco Ruseimy), juga merupakan Staf Khusus Sufmi Dasco Ahmad (menjabat Wakil Ketua DPR RI). Kata-kata Dasco, sangat didengar di Partai Gerindra. Apalagi, sejak Prabowo terpilih sebagai Presiden RI, disinyalir semua sikap politik Partai Gerindra, ada ditangan Dasco.

 

Itu artinya, jika Buya mau mengalah dan mundur selangkah, dengan menggandeng Vasco, alhasil perhatian pemerintah pusat kepada Sumbar, dimungkinkan full power.

 

Inilah yang disebut dengan politik etis. Dimana, lebih mengedepankan nasib orang banyak (daerah), ketimbang hanya sekadar memperjuangkan nafsu untuk memenangkan partai dan menjadikan kekuasaan, sebagai kesempatan-kesempatan tertentu.

 

Seyogianya, tulisan ini dibaca oleh Buya. Dan, Buya dapat merenungkannya dengan seksama dan memutuskannya dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. (*)


*). Penulis: Rico AU Dato Panglima

Direktur Eksekutif POLEGINS (Political and Legal Institute)

Please follow and like us:

By Redaksi

Social media & sharing icons powered by UltimatelySocial