Padang Pariaman – Persada Post | Pernyataan mengejutkan datang dari Yohanes Wempi, salah-seorang tokoh aktivis Sumatera Barat (Sumbar) asal Kabupaten Padang Pariaman, menyikapi bencana galodo dan banjir bandang yang saat ini terjadi di Sumbar.
Selain rasa duka yang mendalam, politisi PKS (Partai Keadilan Sejahtera) itu, ternyata juga mengamati riuh dan ramainya para pejabat yang turun ke lokasi bencana dan terkadang tidak sadar; senyum dan tawa-nya di lokasi bencana, dapat melukai hati korban bencana dan menghilangkan kesan empati yang mendalam.
Kata Yohanes, Ia ingat tahun 2009, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memberi peringatan keras kepada para pejabat, kepala daerah tertawa disaat wawancara, temui korban dan berfoto-foto diareal bencana.
Menurut ceritanya, kejadian SBY marah itu terkait penanganan bencana menyusul gempa 7,6 Skala Richter (SR) di Sumbar juga pada waktu itu. SBY menegaskan pada waktu itu, agar para pejabat mengutamakan kecepatan dan bertindak serius. Pejabat tidak boleh tertawa-tawa saat menangani bencana.
“Cerita ini masih dapat dilihat dalam medsos seperti detik.com, ada petugas dan pejabat yang ketawa-ketawa saat masuk CNN. Kalau itu dilihat dunia, katanya ada musibah, katanya mengubur jenazah, kok pada ketawa-ketawa,” ungkap Yohanes, mengulang kembali kata SBY saat berkunjung di Balaikota Pariaman, Sumatera Barat pada, Jum’at (2/10/2009) lalu.
“Saat itu SBY meminta semua pihak mengutamakan kecepatan dalam tanggap darurat penanganan bencana. Bukan hanya untuk perusahaan, namun juga para pemimpin, dari tingkat pusat maupun daerah harus bertindak cepat,” ujar Yohanes, melalui chat WhatsApp-nya, Rabu (15/5/2024) kepada Persada Post.
Lebih lanjut Yohanes mengutarakan, tak lupa saat itu, SBY pun meminta masyarakat agar tidak menjadikan lokasi bencana sebagai tempat wisata, yang ujung-ujungnya malah merepotkan evakuasi. Sepertinya pejabat, kepala daerah dan calon kepala daerah di Sumbar ini sudah memiliki tabiat, budaya saat bencana tidak memperlihatkan sikap empati atau kepedulian dalam bentuk hiba pada bencana.
“Dimedsos saya lihat, apakah di Facebook, Instagram, TikTok, YouTube dan lainya sangat banyak para pejabat negara atau yang mau jadi pejabat juga tersenyum, tertawa ngakak-ngakak dan berfoto seperti sedang berkunjung ketempat wisata. Dari tampilan yang ada, terkesan tidak adad rasa hiba, rasa kepedulian yang sifatnya empati sedang berlangsung kawan terhadap korban yang meninggal, yang masih hilang dan kerusakan parah,” bebernya.
Kata Yohanes, bencana yang terjadi di Tanah Datar, Bukittinggi, Agam hari ini menurutnya termasuk bencana yang menelan korban sangat banyak, hitungan bisa mendekati ratusan, jika dibandingkan bencana 10 terakhir ini bencana yang terbesar yang perlu dipahami. Juga, sampai sekarang belum ada kepastian data, belum ada berapa korban sebenarnya kecuali hanya berusaha mencari dan mengevakuasi korban tampa berbasis data yang kongrit.
“Himbauan saya, janganlah para pejabat pusat, propinsi, kabupaten, kota atau yang mau jadi pejabat suka tertawa terbahak-bahak, berfoto seperti bencana galodo atau banjir sekarang seperti tempat wisata,” pungkasnya. (Red PP-01)