Indra Muhammad Nadi. (Foto: Olahan)

APLIKASI Tiktok merupakan media baru yang dibuat sekitar tahun 2016 oleh perusahaan BytreDance asal China. Awalnya,  aplikasi ini memberi manfaat dan menjadi wadah bagi para penggunanya untuk dapat berekspresi dan mengasah bakat melalui konten video, seperti; menari, bernyanyi, atau konten hiburan.

 

Namun sekarang, di tahun 2023, Tiktok yang selain menghadirkan konten video yang bermanfaat, menginspirasi, serta memotivasi, ternyata juga memiliki pengaruh negatif terhadap menurunnya minat baca generasi muda.

 

Beberapa faktor yang mempengaruhi penurunan minat baca tersebut antara lain aksesibilitas dan keterbatasan waktu, kurangnya diversifikasi konten, pendekatan singkat dan cepat, serta perubahan preferensi media.

 

Penyebab mendasarnya yaitu, Pertama, TikTok menawarkan konten yang mudah diakses dan menghibur dalam bentuk video singkat. Hal ini membuat generasi muda lebih cenderung menghabiskan waktu mereka untuk menonton video TikTok daripada membaca buku. Keterbatasan waktu yang dihabiskan untuk menggunakan TikTok juga mengurangi waktu yang bisa dialokasikan untuk membaca.

 

Kedua, konten yang ditawarkan TikTok lebih banyak bersifat hiburan dan menghibur, seperti tarian, tantangan, dan komedi. Namun, konten pendidikan atau literatur masih terbatas. Hal ini membuat generasi muda kurang terpapar pada konten yang mendorong minat baca dan pemahaman yang lebih mendalam.

 

Ketiga, video TikTok memiliki durasi yang singkat, biasanya dibawah 1 menit. Gaya konsumsi cepat ini memiliki dampak negatif pada kemampuan konsentrasi dan kesabaran generasi muda. Mereka mungkin kesulitan untuk membaca buku yang membutuhkan waktu dan konsentrasi yang lebih lama.

 

Keempat, generasi muda cenderung lebih tertarik pada konten visual dan interaktif dari pada teks tulisan. TikTok menawarkan pengalaman pengguna yang lebih interaktif dibandingkan membaca buku. Hal ini membuat generasi muda lebih memilih media sosial daripada membaca buku.

 

Solusi untuk mengatasi penurunan minat baca pada generasi muda antara lain adalah pendidikan literasi digital yang memperkenalkan konten pendidikan dan literatur dalam platform TikTok, pendorong konten literatur melalui TikTok, mengintegrasikan teknologi dalam buku, serta kolaborasi dengan influencer TikTok yang memiliki minat pada literatur.

 

Maka, dengan pendekatan yang tepat, TikTok dapat digunakan sebagai alat untuk mempromosikan minat baca generasi muda. Melalui pendidikan literasi digital dan kreativitas, diharapkan dapat mengubah persepsi generasi muda terhadap membaca dan membangun minat baca yang lebih kuat di masa depan. (*)


*). Oleh: Indra Muhammad Nadi

PROFIL:

Prodi: Studi Sistem Informasi | Fakultas : Sains dan Teknologi | Universitas : UIN Imam Bonjol Padang |  NIM : 2317020025 | Mata Kuliah : Bahasa Indonesia | Dosen : Hidayati Azkiya,M.Pd.

 

Please follow and like us:

By Redaksi

Social media & sharing icons powered by UltimatelySocial