TK Mudo Akirman. (Foto: Istimewa)

Oleh: Armensyah Pili TK Kuniang Kamulie


Siapa TK Mudo Akirman?

TK Mudo Akir ialah seorang tokoh agama Nagari Piliang Kampung Kaciak. Ia adalah alumni dari Pondok Pesantren Madrasatul Ulum Lubuk Pandan, Kabupaten Padang Pariaman. Pondok pesantren itu merupakan salah-satu pondok pesantren ternama di Kabupaten Padang Pariaman. Pendiri pesantren tersebut yakni Syekh Aminuddin. Iapun terkenal dengan keahlian Ilmu Nahwu dan Sharaf (gramatika bahasa Arab).

 

TK Mudo Akir mendapat ijazah di Pesantren Madrasatul Ulum, serta diberi gelar sebagai seorang Tuanku (TK) pada Tahun 2000. Lalu, pada Tahun 2010, ia kembali pulang ke kampung halamannya, setelah sekian lama di daerah Provinsi Riau, sebagai pendakwah dan pengajar diberbagai mesjid dan MDA.

 

Ternyata, pada saat di kampung halaman (Kabupaten Padang Pariaman), ia gemar sekali untuk berdiskusi dan berdialog, sehingga mampu menghasilkan sebuah ide dan gagasan, yaitunya; ide untuk berkumpul dan untuk suatu perubahan dalam banagari dan bakampuang.

 

TK Mudo Akirman dan Terbentuknya IKPP

Sebuah pergerakan dan perkumpulan tidak akan lahir atau muncul secara kebetulan saja. Tetapi, suatu pergerakan dan perkumpulan merupakan reaksi atau respon terhadap kondisi dan situasi yan mempengaruhinya. Dan, bisa di katakan sebuah pergerakan dan perkumpulan itu adalah bentuk upaya untuk menyelesaikan berbagai masalah yang terjadi dalam masyarakat di saat itu, baik permasalahan itu dari segi sosial, budaya maupun sistem adat dalam bakampuang dan banagari.

 

Kemudian, pergerakan dan perkumpulan tentu digagas oleh seseorang yang telah melihat dan memotret serta menganalisis situasi yang terjadi dalam masyarakat di saat itu. Maka, dalam kondisi itu; ide dan gagasan akan lahir.

 

Sehingga, tokoh yang menganalisis dari berbagai sudut pandang pengetahuan kemudian menghasilkan ide dan gagasan di Nagari Piliang pada tahun 2010 itu adalah TK Mudo Akirman, yang berperan penting dalam Pergerakan Pemuda Piliang Kampung Kaciak,  Tahun 2010.

 

Pada tahun itu, Pemuda Pilang dalam suatu Musyawarah Besar (Mubes), yang dihadiri oleh ratusan pemuda; sepakat untuk membentuk sebuah organisasi dengan nama IKPP (Ikatan Keluarga Pemuda Piliang).

 

Gagasan untuk membentuk sebuah organisasi itu lahir dari ide TK Mudo Akir. Maka, setelah dibentuknya oragnisasi tersebut, pemuda yang di komandoi oleh TK Muda Akir bergerak dalam bentuk kegiatan sosial dan ke agamaan.

 

Sementara itu, untuk dibidang sosial di antaranya; mengumpulkan donasi bagi warga yang sakit, khususnya warga yang kurang mampu. Lalu, dibidang keagamaan, TK Mudo Akir bersama pemuda melakukan kegiatan kajian ilmu agama dan ilmu tentang adat banagari serta bakampuang.

 

Kegiatan itu mendapat apresiasi yang luar biasa dari berbagai kalangan. Jadi, dengan organisasi tersebut; pemuda memiliki semangat dalam persatuan dan menjalanlan fungsinya sebagai pemuda. Hal itu bisa dilihat diacara baralek dengan turun tangan para pemuda untuk membantu segala pekerjaan dalam acara ‘alek baralek’ dalam Nagari Piliang.

 

Dengan berkumpulnya para pemuda 1 kali dalam seminggu di surau untuk kajian agama dan adat tentu memberikan dampak positif. Setidaknya ada upaya menyeimbangkan antara duduk di lapau (baca; kedai) dengan aktivitas di surau (baca; mushallah/ langgar).

 

Alhasil, wawasan dan kajian serta informasi yang terkonsep dalam kegiatan surau, tentunya memberikan dampak bagi pemuda, salah-satu diantaranya menjadikan pola pikir para pemuda sedikit lebih terarah dan terkonsep dengan ajaran; Adat Basandi Syarak.

 

Kemudian, dengan ajaran itu pula, dapat menjadi tolak ukur dalam diri para pemuda disetiap tindakannya dalam banagari dan bakampuang.

 

Adanya Bisikan untuk Memecah Belah Pemuda Diinternal IKPP?

Beberapa bulan setelah dibentuknya organisasi IKPP, tentu dalam perjalanannya dihadapkan pula pada konflik internal. Tak pelak, ada dugaan, bahwa konflik diinternal IKPP berasal dari kiriman pihak tertentu yang tidak nyaman dengan keberadaan organisasi tersebut.

 

Faktor kuatnya, salah satunya adalah karena organisasi itu membuat pihak-pihak tertentu sepertinya merasa tersaingi oleh tokoh penggagasnya; TK Mudo Akir.

 

Selain itu, para pemuda dalam organsisi IKPP ini juga sangat kritis terhadap pihak-pihak tertentu dalam Nagari Piliang pada waktu itu. Maka tentunya, sikap kritis tersebut berdampak serta menimbulkan ketidaknyamanan terhadap pihak yang selaku mendapat kritikan.

 

Singkatnya, lebih kurang 6 bulan organisasi ini berjalan pada akhirnya organisasi bubar, dikarenakan ada bisikan pihak yang tidak nyaman dengan keberadaan organisasi tersebut.

 

Parahnya, ditengah masyarakat terjadinya konflik disetiap musyawarah para pemuda. Hal itu disebabkan ada upaya pihak tertentu memecah-belah para pemuda, yang juga merupakan penyebab lainnya organisasi itu bubar.

Untuk saja, walaupun IKPP bubar, namun spiritnya tetap ada dalam diri para pemuda. Indikasi itu adalah bahwa percakapan untuk sebuah perubahan masih dibicarakan, walau hanya pembicaraan itu sebatas di kedai-kedai kopi tempat berkumpulnya pemuda.

 

Namun, setidaknya para pemuda punya memori kolektif tentang sebuah persatuan, kebersamaan dan cita cita perubaha serta tentang begitu kuatnya pemuda kalau persatuan tetap terjaga dan mereka tahu betapa antusiasnya masyarakat pada waktu itu serta apresiasi yang mereka terima dari masyarakat. Semua itu memberikan pelajaran bagi para pemuda Nagari Piliang, bahwa setiap pergerakan menuju perubahan akan ada rintangan dan tantangan.

 

TK Mudo Akir dan Berkumpulnya Ulama Sungai Sirah Kuranji Hulu

Pada awal tahun 2022, muncul polemik di Nagari Sungai Sirah Kuranji Hulu, yakni adanya dugaan masuknya kelompok keagamaan yang di sebut Wahabi.

 

Masyarakat Sungai Sirah Kuranji Hulu yang didominasi oleh paham Syatariyah menjadi resah olehnya, termasuk sebagian besar masyarakat lainnya. Maka pada waktu itu, TK Mudo Akir memberikan usulan kepada salah-satu ulama senior di Nagari Sungai Sirah Kuranji Hulu (SSKH); agar perlunya para ulama Nagari SSKH mendiskusikan tentang dugaan keberadaan kelompok yang di sebut Wahabi itu.

 

Dalam langkahnya, TK Mudo Akir berperan mengumpulkan para ulama, mulai dari yang tua sampai yang muda dan akhirnya disepakati berkumpul di Alahan Kiyau Surau Buya Ungku Panjang.

 

Ulama yang hadir pada waktu itu lebih kurang sebanyak 50 orang dari berbagai latar belakang pesantren. Disaat itu pula, TK Mudo Akir dipercaya untuk memimpin diskusi.

 

Hasilnya adalah; para ulama sepakat membuat keputusan, bahwa kelompok agama yang tidak sesuai dengan paham Ahlus Sunnah Waljamaah, maka akan ditolak keberadaannya dalam bidang pendidikan (seperti mendirikan sekolah atau kajian ilmu).

 

Disini kita dapat menilai, bahwa TK Mudo Akir sangat berperan besar dalam mengumpulkan ulama sebagi respon terhadap kelompok tertentu, yang keberadaannya tidak sesuai dengan paham agama masyarakat Nagari SSKH.

 

Itulah diantara kontribusi TK Mudo Akirman dalam bentuk pikiran dan gagasan untuk kemaslahatan Nagari SSKH secara umum dan untuk Nagari Piliang Kp Kaciak secara khsusus.

Please follow and like us:

By Redaksi

Social media & sharing icons powered by UltimatelySocial